UA-83233104-1

Saturday 2 December 2017

UMKM Mendapat Fasilitas Gratis dari Dinas Koperasi Sidoarjo, Bank Mandiri dalam Promosi Produk

Kiat UKM dan Perbankan Hadapi Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat

Zaman telah berubah. Setidaknya perkembangan teknologilah yang menyebabkan revolusi mengarah pada perubahan perilaku pada individunya. Inilah yang lebih bekennya kita kenal dengan “Zaman Now”.  Perubahan zaman yang lebih dominan mengacu pada perkembangan dunia digital. Perkembangan dunia digital yang akan saya ulas di sini berkaitan dengan Digital Marketing. Yaitu konsep pemasaran moderen yang menggunakan sarana media online melalui internet, yang digunakan untuk memasarkan produk atau jasa. Perkembangan inilah yang tentu saja mengubah perubahan pola konsumsi pada masyarakat.

Kalau dulu orang lebih suka membeli barang jika bisa langsung memegang. Tapi kini (era digital) meski hanya melihat gambarnya saja orang bisa langsung percaya dan melakukan transaksi.

Hal itulah yang menjadi pokok bahasan dalam Focus Group Discusion yang diadakan di Amaris Hotel Taman Bintoro, pada 23 November lalu dengan mengambil tema “Kiat UKM dan Perbankan Hadapi Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat”.

Kiat UKM dan Perbankan Hadapi Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat
Ada  4 narasumber yang hadir
dari berbagai bidang, yaitu: Bapak Dani Surya Sinaga (Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Regional 4 Jatim), bapak Achmad Basuki (Kabid Pemasaran Dinkop  dan UKM Provinsi Jawa Timur), Bapak Atta Alva Wanggai (Regional Credit and Bussiness Development Bank Mandiri Wilayah vIII Jatim), dan Kuncarsono Prasetyo (Owner Kaos Sawoong).

Pada kesempatan ini Bapak Dani Surya Sinaga (Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Regional 4 Jatim, mengungkapkan bahwa, “Kini telah banyak berkembang Lembaga Pembiayaan yang akan memudahkan para UKM dalam hubungannya dengan permodalan.”

Hal ini mengacu pada pengamatan terhadap kondisi makro ekonomi global hingga 2017 ini yang masih mengalami perlambatan dalam hal pertumbuhan. Pemerintah melihat ada potensi besar untuk meningkatkan perkembangan sehingga mampu mengerakkan  perekonomian. Salah satunya adalah dengan mengenjot UMKM agar mampu bersaing di perekonomian global.

Empat hal yang bisa mendukung yaitu: produktif, kreatif, punya jiwa entrepreneur, dan satu lagi go digital. Dan kini para pelaku UMKM mulai terbiasa menggunakan pola digital. Terbukti semakin banyaknnya pelaku usaha yang sudah memasarkan produknya via online yang dimulai dari, product, price, place, dan promotion.

Dalam hal pengembagan produk, kini banyak UMKM yang mampu menciptakan sesuatu yang inovatif dari hasil pemikiran kreatif.

Price, artinya UMKM sudah mampu bersaing dalam hal harga. Sementara Place memiliki arti bahwa UMKM kini telah bisa mengembangkan sisitem marketing dan mampu berjualan dimana saja. JIka penjualan manual hanya mampu mencover di wilayahnya saja, maka di era digital ini barang bisa dijual dimanapun, tak hanya di wilayah Indonesai tapi juga belahan dunia lainnya.

Dan yang terakhir adalah promotion, yang menggiring UMKM agar mampu menjual dan mempromosikan produknya via online.
Khusus untuk Jawa Timur, Kabupaten Banyuwangi lewat bayuwangimall.com, semua produk ditampikan mulai barang hingga jasa. Bayuwangi merupakan kabupaten yang maju dengan pesat. Di sana ada program karnaval, dan tiap minggu ada even. Bayangkan setahun saja ada 77 kegiatan yang dipublis dan dipromosikan oleh bupati, yang semuanya melibatkan UMKM.

Dan khusus OJK di era leuangan digital ini telah mengeluarkan ketentuan Finetech (Financial Technology) yang merupakan lini bisnis berbasis perangkat. Fintech dimulai pada Desember 2016 lalu itu itu hingga kini etrus berkembang. Setidaknya sudah ada 25 perusahaan yang begerak dibidang pembiayaan.

Dengan bermunculannya lembaga pembiayaan ini akan semakin memudahkan UMKM untuk bisa mendapatkan modal, maka semakin yakin UMKM akan terus tumbuh dan berkembang.

Kiat UKM dan Perbankan Hadapi Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat
Selanjutnya Bapak Achmad Basuki dari Kabid Pemasaran Dinkop dan UKM Provinsi Jawa Timur memaparkan tentang pertumbuhan perekonomian serta UMKM khususnya Jatim. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, bisa dibilang jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional. Jika pertumbuhan ekonomi nasional hanya sekitar 5,07%, maka untuk wilayah Jatim sudah mencapai 5,17%. Ini kalau dirupiahkan sudah mencapai Rp 1,880 Triliun. Dan realitanya pertumbuhan ekonomi Jatim itu, 54,8% disupport dari Koperasi dan UKM.

Berdasarkan sensus ekonomi ada 6,8 juta UKM pada 2012. Meski menurut data terjadi penurunan di tahun 2016, yaitu menjadi 4,68 juta UKM. , namun perlu diklarifikasi data itu terbagi dalam kategori, ada mikro, kecil, dan menengah.

Lantas apa yang dilakukan oleh Pemprov Jatim agar keberadaan UMKM itu terus tumbuh sehingga roda perekonomian Jatim semakin maju pesat? Salah satunya dengan membantu dalam hal legalisasi produk.

Legalisasi menjadi sangat penting, karena untuk masuk ke era digital, maka harus sudah ada legalitas. Disinilah kita berusaha membantu pelaku UMKM untuk bisa mendapatkan SIUP, NPWP, UD, maupun PT. 

Untuk mendapatkan itu semua pelaku usaha harus memiliki standarisasi. Artinya jangan hanya membuat sesuatu tidak ada standarnya, missal produk makanan ya harus mengantongi sertifikasi halal, atau juga dari BPOM, itu semua adalah contohnya. Dan dinas koperasi bersedia membamtu mendapatkan semua itu.

Satu lagi, saat ini Dinkop juga menyediakan sarana promosi bagi UMKM yang sifatnya gratis. Dengan sistem konsinyasi UMKM bisa memajang produknya pada tempat (galeri) yang telah disediakan, yaitu  Jalan Raya Juanda NO. 22. 

Begitupun soal  pembiayaan dinas koperasi juga berusaha memberikan solusi. Bagaimana pun faktanya saat ini, bunga perbankan dibanding dengan negara ASEAN, Indonesia bunga masih tinggi. Di Singapura, khusus koperasi dan UMKM bunganya hanya 4 persen per tahun, di Indonesia Bank Konvensianal bunganya 12-18 persen. Namun khusus masyarakat Jatim bisa sedikit berelhga hati karena sudah diluncurkan bersama Bank Jatim dan UMKM dengan bunga hanya 7 persen khusus pelaku UMKM. Ada dana hamper Rp 1,2 Triliun yang disiapkan, dananya standing alone.

Mau tidak mau di era ditigal yang mulai menjarah ekonomi multi sector, tidak ada pasar tapi juga perbankan akan mulai beralih. Di Swis dan Belanda mengurangi ribuan pegawai bank. Makanya sekarang perbankan di Indonresia mulai menggalakan agent-agen, dan agen-agen inilah yang nantinya bergerak.

Lebih lanjut Ahmad berkata, “Mari kita sama-sama mencari solusi bersama baik itu tentang produksi maupun legalitasnya. Saya berharap mari kita majukan perekonomian jatim, lebih baik dibanding provinsi lain. Tanpa UMKM, Jatim bukan apa-apa”.

Kiat UKM dan Perbankan Hadapi Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat
Narasumber ketiga yaitu Atta Alva Wanggai dari Regional Credit and Bussiness Development Bank Mandiri Wilayah vIII Jatim.

Bank Jatim terus bergerak bersama dengan para pelaku UMKM. Implementasi yang sudah dilakukan Bank Mandiri untuk turut mengangkat perekonomian Indonesia dengan melalui UMKM. Salah satunya dengan mendirikan Rumah Kreatif BUMN (RKB). 

Dimana didalamnya melakukan proses mulai dari proses mencari UMKM, membina, sampai mengajarkan e-commerce. Di setiap kota di Indonesai RKB ada. Harapannya kegiatan ini bisa mengakomodasi kepentingan UMKM. Namun masing-masing kota, beda bank yang ditunjuk, missal: di Sidoarjo menggunakan Bank BRI, kebetulan di Surabaya kerjasamanya dengan Bank Mandiri. 

Program ini tergolong baru yang diluncurkan tahun 2017 ini. Bank Mandiri berusaha menjemput sendiri pelaku UMKM, untuk dijadikan binaan BUMN maupun pemerintah. Caranya cukup mudah, UMKM cukup melakuakn register. Fungsinya akan dilakukan pengembangan usaha dan peningkatan kualitas produk dengan belajar dan berbagi bersama. Sama seperti Dinkop Jatim, program inipun tawarkab secara gratis.

Hingga saat ini sudah mencapai 42 kegiatan sejak lounching, antara lain: pemberian pelatihan berkaitan dengan packaging, Pemasaran, serta informasi tentang pembiayaan hingga produk jadi. Semua kegiatan sudah terprogram, bahkan RBK juga mewadahi promosi produk melalui digitalisasi (e-commerce), yaitu lewat laman belanja.com.

Inilah peran BUMN untuk memajukan UMKM yang selama ini jalan sendiri-sendiri, sekarang  difasilitasi, hingga akhirnya berharap barang yang dijual tidak secara local tapi teregister di belanja.com

Kiat UKM dan Perbankan Hadapi Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat
Pembicara keempat
Kuncarsono Prasetyo (Owner Kaos Sawoong)


Sebagai pengusaha jangan beralasan usaha berhenti karena keterbatasan modal. Kini kita bisa memanfaatkan Fintech. Bahkan kalau mau kita bisa mendapatkan pinjaman yang besarnya hingga 2 miliar. 

Selain modal ada hal yang harus diperhatikan oleh UMKM berkaitan dengan produk, yaitu: pengemasan atau packaging. Memoles lebih cantik kemasannya, tujuannya untuk menarik  konsumen melakukan pembelian.

Harus dibedakan antara mengemas dan menipu, dengan berusaha melihat sudut pandang demi hasil yang lebih baik. Menipu misalnya jualan bakso ngaku soto, tapi kalau jualan bakso ditata lebih bagus akan lain. Saat ini visual mengalahkan segalanya, jika visual tidak menarik, maka sulit utuk meyakinkan pembeli. Barang sebagus apapun kalau kemasannya tidak menarik pasti tidak akan laku. 

Contoh kacang dibungkus plastic harganya Rp 4000, tapi ketika akhirnya berganti dikemas secara menarik, kacang yang semula hanya dihargai Rp 4.000 bisa melonjang menjadi Rp 25 ribu, dan ketika dijual di Juanda sudah mencapai harga Rp 50 ribu. Itu adalah sal;ah satu contoh yang dilakukan kacang Tree G. Visual menarik membuat separuh selera muncul.  Jadi kini perang bukan lagi hanya rasa, akan tetapi penampilan. 

Setelah tampilan, lalu lanjut penyajian. Kita harus paham, jangan sampai energi habis karena tidak mengenali target pasar. Kalau dulu masih Pola perdagangan purba(manual system), yakni menyasar pada siapapun yang ditemui. Sementara kini, ada cara yang lebih efisien ketika memasuki dunia digital yang menjadikan pasar tepat sasaran. Untuk menuju ke sana, mari menyajikan visual sederhana, mengemas dan menyajikan produk yang baik adalah branding itu adalah identitas.

Lantas bagimana kalau  gaptek? Kalau gaptek, bisa juga dengan cara berkolaborasi dengan mereka yang mengerti dunia digital. Yakinlah, karena jika kita yakin maka apapun yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Kiat UKM dan Perbankan Hadapi Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat

Lalu acara dilanjutkan dengan Tanya jawab/ diskusi. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta diantaranya dari pebisnis, blogger, dan juga dari kalangan jurnalis. Semuanya mendapat jawaban yang memuaskan dari para narasumber. Diakhir acara ada sesi pembagian doorprice oleh panitia dari sponsor, serta pemberian cinderamata pada narasumber. Semoga acara ini akan memberikan informasi bermanfaat bagi UMKM secara luas. Amin.

4 comments:

Terimakasih sudah menggunakan blog ini sebagai referensi.