Monday 5 September 2022

Tips Terhindar Kejahatan Siber Jadilah Nasabah Bijak, Waspadai Soceng


Kita wajib lhoo .. menjadi Nasabah Bijak! Alasannya supaya tidak menjadi korban kejahatan siber. Kejahatan siber atau cybercrime adalah penggunaan perangkat komputer/ gadget dengan tujuan ilegal, seperti: penipuan, pencurian identitas, atau penyalahgunaan privasi.

"Apa iya ada kejahatan siber?" Mungkin ada yang punya pertanyaan demikian!

“Yang penting kita tak membagikan nomor PIN kita pada orang lain, khan aman?”

Eits tunggu dulu … karena kejahatan siber itu macamnya banyak lhoo?

Tak Cuma masalah kebocoran PIN saja. Modus kejahatan yang dibuat sangat bervariasi. Pendeknya, saat mereka gagal dengan suatu cara, mereka akan terus berusaha mencari cara lain untuk memperdaya calon korbannya. 

Saya mau cerita tentang kejahatan siber yang menimpa teman anak saya beberapa waktu lalu. 

Suatu ketika putra saya telpon, “Mama bisa minta tolong ambilkan barang? Habis itu kirim ke sini?” katanya.

Barangnya apa Kak?”, tanya saya penasaran.

“Gini lhoo Ma ceritanya! Temenku, itu khan mau beli HP. Tapi ongkirnya mahal banget. Masak ongkir minta 150 ribu? Makanya mau minta tolong Mama ambilkan. Khan tokonya tempat ambil barang itu di Surabaya, kalau sama-sama Surabaya khan nggak jauh? Nanti barangnya Mama kirim sekalian ngirim barang pesenanku kemarin aja. Gimana Ma, bisa?” suara putra saya di seberang telepon. 

Putra saya posisinya di Pondok yang letaknya jauh dari tempat tinggal saya, yaitu Lampung, sementara saya di Surabaya. Biasanya saya memang sering kirim paket untuknya yang berisi baju, sepatu ataupun barang-barang lain untuk keperluannya di pondok.  

Ngambil barangnya dimana Kak?” tanya saya memperjelas.

“Di Super Mall Pakuwon Ma!” katanya.

OK, besok Mama kesana.” Jawab saya.

Temennya Kakak itu sudah bayar HPnya?" tanya saya.

"Sudah Ma, sudah tansfer 2x" jawabnya.

"Ya udah kalau gitu nanti kirim ke WA kuitansi untuk pengambilan barang ya!” kata saya lagi. 

Lalu telepon ditutup, dan tak lama kemudian ia menelepon lagi.

Nggak ada Ma. Katanya temenku ya itu aja bukti transfer tadi yang disuruh menunjukkan, yang tadi kukirim ke Mama” katanya. 

Lha terus Mama ke tokonya sana bilangnya gimana? Dan menemui siapa?” tanya saya.

Sek bentar tak tanyakan lagi” katanya. Telepon ditutup lagi.

Dari percakapan dengan putra saya, sebetulnya saya agak curiga karena HP yang dibeli itu tergolong HP mahal, sementara harga yang ditawarkan sangat murah untuk HP dengan tipe tersebut. Entah kenapa perasaan saya waktu itu tiba-tiba nggak enak. Jangan-jangan? Jangan-jangan? Kecurigaan saya mulai muncul.

Kak, Mama kok curiga ada yang nggak beres ya? Harga HPnya kok murah banget, apa nggak rugi tokonya? Coba tanyakan nama orangnya bagian apa dia! Kalau bisa ajak video call, lalu suruh temennya record biar nanti Mama tahu orangnya. Kok Mama sangsi, harga HPnya bisa semurah itu?" Saya WA karena curiga.

"Khan harga promo Ma?" Balasnya .

"Ya tapi nggak mungkinlah bisa semurah itu? Takutnya ini penipuan. Kalau benar ini penipuan, besar kemungkinan tidak mau diajak video call dan nanti nomor temennya mungkin akan diblokir untuk menghilangkan jejak.” Saya WA lagi. 

Cukup lama saya menunggu putra saya telpon lagi.  Baru setengah jam kemudian putra saya telpon.

Ma … bener kecurigaan Mama. Orangnya dihubungi lewat VC bolak-balik nggak mau ngangkat. Dan sekarang malah nomor temenku itu diblokir” katanya yang membuat hati saya kaget, dan sedih. 

Ya Allah … fix, ternyata benar temannya kena tipu. Dan setelah saya cek di aplikasi getcontact, memang bener beberapa orang menyimpan nomornya dengan nama "Penipu".

Isi percakapan dengan pelaku di WA, terkesan agak memaksa agar kita membeli barangnya

Jadi modusnya, pelaku memposting gambar barang yang seolah-olah jualan di suatu market place.  Ternyata akun tersebut abal-abal alias palsu. Lalu pelaku menulis harga promo. 

Pelaku akan mengarahkan korban menggunakan metode pembayaran ke rekening pelaku langsung. Bukan melalui rekening marketplace yang resmi.

Dalam deskripsi, pembeli diminta untuk menghubungi nomor WA yang tercantum jika menginginkan harga promo tersebut. Setelah calon pembeli WA, lalu pelaku meminta pembeli transfer sejumlah uang untuk DP ke rekening pelaku. DP yang dimaksud adalah sebagai tanda jadi pemesanan barang promo. Selanjutnya pelaku mengelabuhi calon pembeli lagi agar transfer uang lagi dan mereka bilang barang akan segera dikirim. 

Dan untuk yang ke tiga kalinya Si Pembeli diminta untuk membayar ongkir sebesar Rp 150.000,-. Luar biasa, sebegitu lihainya para pelaku menggiring korbannya sehingga tak sadar mereka akan menuruti pelaku dan mentransfer uang. 

Tapi nyatanya barang tak akan mereka kirim yang pada akhirnya nomor WA korban diblokir.

Waspadai toko online, bila mengarahkan pada sistem pembayaran yang tak biasa.

Modus lain yang baru-baru ini lagi santer adalah adanya pemberitahuan tentang pemberlakukan kenaikan biaya administrasi yang mengatasnamakan Bank BRI.

 Informasi ini disebar oleh pelaku melalui pesan WhatsApp. Nasabah akan mudah terpengaruh karena akun yang dipakai adalah akun bisnis dengan profil Bank BRI. Dalam pengumuman tersebut tertulis, bagi nasabah yang tidak menghendaki adanya perubahan tarif dari Rp 6.500,- menjadi Rp 150.000,-, diharuskan mengisi data melalui link yang dikirim oleh pelaku. 

Kebayangkan betapa memberatkan kalau biaya administrasi dikenakan 150 ribu perbulan? Nasabah yang terkecoh, akhirnya menuruti saja perintah mengisi data melalui link tersebut yang ternyata hoax. Karena link yang diberikan mengarah pada situs palsu yang dibuat pelaku dan seolah-olah milik Bank BRI, padahal zyrosite

Dari situs palsu itulah pelaku diminta mengisi data pribadi nasabah yang nantinya dipakai oleh pelaku untuk membobol rekening nasabah. 

Dua kasus di atas adalah contoh kejahatan siber yang sering memakan korban. Modus seperti ini dikenal dengan nama Soceng, yang artinya social engineering atau rekayasa social.

 Kasus lain yang pernah terjadi adalah pemberitahuan hadiah yang seolah-olah resmi dari Bank, lalu kita diarahkan untuk mengikuti petunjuk disebuah web palsu. 

Di sinilah pelaku akan memberikan instruksi agar korban mengtransfer sejumlah uang sebagai syarat pengambilan hadiah. 

Ada lagi modus lain, dimana pelaku bertindak seolah-olah sebagai pegawai Bank lalu menelpon nasabah. Pelaku akan berpura-pura karena terjadi kesalahan administrasi, maka meminta klarifikasi. 

Melalui komunikasi tersebut pelaku meminta data pribadi yang nantinya digunakan sebagai alat tindak kejahatan. 

Dan masih banyak modus lain yang digunakan dengan memanfaatkan kelalaian nasabah. Jadi pelaku selalu berusaha mencari celah dengan menggunakan cara pada system yang keamanannya tidak terjamin oleh bank.

Konfirmasikan dengan pihak Bank, jika ada pemberitahuan hadiah maupun hal-hal yang mengarah pada soceng.

Maraknya kasus kejahatan siber, patut kita waspadai. Banyak Penyuluh Digital yang dapat kita jadikan pelajaran agar tidak menjadi korban. Kita bisa mengunjungi akun sosmed resmi dari Bank yang kita percaya, contohnya akun @nasabahbijak dari Bank BRI di instagram/ Twitter/ FB. 

Melalui akun tersebut kita bisa mendapat banyak informasi yang berhubungan dengan keamanan dalam perbankan.

Kalau kita amati sebetulnya Bank BRI sendiri sudah ada antisipasi demi menjamin keamanan nasabah. Contohnya: diberlakukannya cara administrasi bank yang harus dilakukan oleh nasabah itu sendiri, dan tidak bisa diwakilkan. Namun di luar itu masih banyak celah yang memungkinkan terjadinya kejahatan siber, dengan cara memperdaya pelaku.

Nah, itu sebabnya kita mesti bijak menjadi nasabah agar terhindar dari kasus kejahatan siber.

Tips menjadi nasabah bijak, agar terhindar dari Kejahatan Siber:

1. Aktifkan layanan SMS dan email notifikasi. Ini digunakan sebagai warning jika terjadi suatu transaksi atau aktifitas perbankan diluar yang kita lakukan, maka kita akan segera mengetahuinya. Karena setiap terjadi transaksi pihak Bank akan mengirim notifikasi melalui SMS atau email yang sudah terkoneksi dengan Bank. 

SMS notifikasi yang sangat membantu nasabah

2. Hindarkan memberikan data pribadi pada pihak luar yang berkaitan: username aplikasi, PIN, MPIN, Password, data OTP, nomor Kartu ATM/ Kartu Kredit/ Kartu Debit, nomor CVV Kartu Kredit/ Kartu Debit, nama Ibu Kandung, serta identitas pribadi lainnya. Perlu diwaspada jika diminta menigisi data pribadi yang bisa jadi link yang diberikan mengarah pada situs palsu.

Kejahatan siber
Kebocoran data pribadi akan memberi peluang pihak ketiga membobol rekening kita

3. Hati-hati akun penjual palsu atau abal-abal. Jangan mudah tergiur dengan harga promo yang sangat murah di marketplace. Pastikan bertransaksi dengan menggunakan akun resmi, atau cara-cara yang sudah terjamin keamanannya. Sebaiknya waspadai jika diarahkan pada transaksi diluar ketentuan atau WA.  

Kejahatan Siber
Hati-hati terhadap akun palsu

4. Waspada penawaran dengan modus Soceng lainnya, seperti: perubahan tarif transfer, akun palsu Bank yang menawarkan pelayanan, serta tawaran menjadi nasabah prioritas.

5. Selalu waspada pemberitahuan hadiah. Biasanya Bank akan menghubungi nasabah, dan diminta untuk datang ke kantor Bank yang ditunjuk sebagai cara pengambilan hadiah. Seperti yang dilakukan Bank BRI. 

Bank BRI memberitahukan info resmi penerima hadiah

Inilah beberapa tips menjadi Nasabah Bijak agar terhindar dari kejahatan siber yang dapat menguras tabungan kita di Bank.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah menggunakan blog ini sebagai referensi.