UA-83233104-1

Saturday 15 July 2023

Bahaya Bullying Pada Anak, Cara Mencegah dan Penanganan


Bahaya Bullying Pada Anak, Cara Mencegah dan Penanganan

Tanggal 13 Juli 2023, saya ikut mengisi dalam acara Workshop dengan tema "Implementasi Kurikulum Merdeka", bersama coach Husein bersama guru-guru MI Miftahul Huda. Dan pada bahasan tentang Psikologi saya diminta untuk mengisi tentang  "Bahaya Bullying Pada Anak, Cara Mencegah dan Penanganan". Berkaitan tentang Bullying,

saya juga memberikan sedikit tentang Grafologi, untuk pembahasan lebih lanjut tentang Grafologi akan saya publish pada blog ini dilain postingan. 


Bullying adalah tindakan yang berupa penindasan atau kekerasan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok dengan tujuan menyakiti ataupun menyudutkan orang lain. Bentuk tindakan bullying bisa dilakukan secara fisik maupun psikis. Bullying bisa terjadi pada siapa saja, namun dampak yang sangat besar lebih sering bila kejadian tersebut terjadi pada anak. Umumnya, tindakan bullying bersifat agresif, mengintimidasi, dan dilakukan secara berulang atau terus-menerus.

Beberapa ahli mengatakan bahwa korban dari aksi bullying seringkali terjadi pada anak baru dalam suatu lingkungan, anak yang terlihat lemah, anak yang memiliki kondisi fisik yang berbeda, dan anak yang kurang percaya diri sehingga orang lain akan lebih berani untuk melakukan bullying.

Contoh Kasus

Ada beberapa kasus yang terjadi sejak awal tahun 2023 di satuan pendidikan akibat dari bullying antara lain:

  • Seorang anak SMP di Temanggung membakar sekolahnya sendiri karena sering di-bully teman dan gurunya. Tugas sekolahnya dirobek2 oleh gurunya. Ia merasa sakit hati. Akibatnya dua kelas atapnya habis terbakar.
  • Seorang siswa SD di Banyuwangi mengakhiri hidupnya lantaran di bully temannya karena tidak punya ayah. Ayahnya meninggal setahun yang lalu Menurut pengakuan sang ibu, anak kerap diejek temannya hingga enggan pergi ke sekolah. Mirisnya pihak sekolah membantah adanya pembulian tersebut.
  • Siswa membawa parang ke sekolah di Samarinda karena marah kepada guru olahraganya. 
  • Guru di Garut menampar siswa yang kedapatan merokok dan menyuruh anak lain di kelas tersebut menghukum siswa perokok tersebut.

Kekerasan verbal dan fisik yang melibatkan pelaku seringkali sebagai bentuk  refleksi. Dimana anak menunjukkan bahwa kekerasan adalah keseharian yang dapat disaksikan bahkan dialami anak-anak. Ini bisa terjadi di pengasuhan di lingkungan keluarga, tempat bermain dan sekolah, maupun media sosial.

Ketika anak-anak sering melihat dan mengalami kekerasan, maka lama kelamaan mereka akan menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar. Berdasarkan apa yang mereka lihat atau ketahui baik dari media elektronik maupun lingkungan sekitar. Anak akan memiliki asumsi bahwa menyelesaikan masalah dengan kekerasan adalah pilihan yang dianggap biasa dan tidak ada kekhawatiran atas risiko hukumnya.

Anak adalah peniru ulung. Apa yang dia lihat, rasakan, dan alami dari lingkungan dia tumbuh dan dibesarkan, dapat dipastikan akan ditiru dalam perilaku dan bagaimana anak menyelesaikan masalah dengan sesama anak, maka pendekatan kekerasan menjadi pilihan bagi anak,

Anak bukanlah manusia dewasa yang bentuknya mini, tetapi manusia yang belum dewasa. Manusia dalam proses menuju dewasa. Maka dari itu, anak belum bisa berpikir tentang resiko dan kurang bisa berpikir jangka panjang. Oleh karenanya, kesalahan anak bisa jadi tidak berdiri sendiri, karena ada faktor pengasuhan keluarga dan lingkungan dia dibesarkan.

Pengasuhan keluarga dan di sekolah lah yang seharusnya mengajarkan anak anak mengetahui hal baik dan buruk. Role model dari orang dewasa sekitar anak akan menentukan anak menjadi baik atau tidak. 

Belajar dari Kasus yang terjadi di Banyuwangi. Ini adalah pembelajaran yang sangat mahal buat kita. Dimana, saat orang dewasa tidak peka atas apa yang terjadi atau permasalahan yang dialami anak, maka anak akan menjadi stress dan depresi. Maka anak akan merasa tidak ada jalan keluar, pikirannya buntu. Anak merasa tidak ada yang dapat menolongnya dan ia harus menghadapi masalahnya sendiri.

Pola pikir anak sangat berbeda dengan oang dewasa. Anak bisa saja sangat terpukul saat menghadapi suatu masalah yang menurut orang dewasa dianggap sepele.


Faktor-faktor penyebab seseorang  melakukan tindakan bullying, antara lain:

Faktor keluarga. Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang kurang harmonis, keluarga yang broken home, atau bisa jadi penerapan pola asuh yang kurang bijaksana, seperti: perlakuan orang tua terhadap anak yang terlalu sering memberi hukuman secara berlebihan atau keluarga yang bermusuhan antar satu dengan lainnya. Melalui situasi tersebut, anak akan mengamati berbagai konflik antara orang tuanya dan mengimplementasikan di kehidupan sosial. 

Faktor kelompok sebaya. Beberapa orang melakukan aksi bullying untuk membuktikan bahwa dirinya pantas untuk masuk ke dalam suatu kelompok dan melakukan bullying agar dapat diterima di kelompok tersebut, meskipun merasa tidak nyaman.

Faktor rasa iri. Seseorang melakukan bullying bisa juga disebabkan karena merasa korban lebih baik dari pelaku bullying, sehingga ada rasa  tidak suka terhadap orang tersebut dan memutuskan untuk melakukan bullying

 

Dampak Bullying

Bullying tak boleh diremehkan dan dianggap normal karena berisiko menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang, baik bagi korban maupun pelaku bullying.

Dampak Bagi Korban. Jika tidak segera ditangani, perilaku bullying bisa menyebabkan berbagai macam gangguan mental maupun fisik bagi korban yang mengalaminya, seperti:

1. Memicu Gangguan Mental: gangguan kecemasan, depresi, hingga post-traumatic stress disorder (PTSD). Pengaruh bullying terhadap kesehatan mental ini biasanya dialami oleh korban dalam jangka waktu panjang.

2. Gangguan Tidur: Insomnia juga menjadi salah satu dampak bullying bagi korban yang tak boleh diremehkan. Pasalnya, korban bullying sering kali mengalami stres berkepanjangan yang bisa menyebabkan hyperarousal, yaitu kondisi ketika tubuh menjadi sangat waspada sehingga mengganggu keseimbangan siklus tidur dan terjaga.

 3. Penurunan Prestasi: Anak akan mengalami kesulitan dalam memusatkan fokus dan konsentrasinya saat belajar. Korban juga kerap merasa enggan untuk pergi ke sekolah karena ingin menghindari tindakan penindasan yang terulang. Bila dibiarkan terus-menerus, kondisi tersebut bisa berdampak pada penurunan prestasi akademik anak.

 4. Trust Issu: merupakan kondisi ketika seseorang sulit mempercayai orang-orang yang ada di sekitarnya. Kondisi ini rentan dialami oleh korban bullying karena mereka khawatir akan mendapatkan perlakuan buruk kembali bila menaruh kepercayaan terhadap orang lain. Jangka panjang anak akan menutup diri dan enggan bersosialisasi dengan orang lain.

5. Memiliki Pikiran Balas Dendam: Anak akan cenderung memiliki pikiran untuk balas dendam. Hal ini perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan seseorang melakukan tindakan kekerasan pada orang lain untuk melimpahkan kekesalannya.

 6. Memicu Masalah Kesehatan: Selain psikis, tindakan bullying bisa mempengaruhi kondisi tubuh terutama bagi korban yang mendapatkan kekerasan secara fisik, seperti luka dan memar.

Perilaku bullying juga bisa memicu stres berkepanjangan sehingga berisiko menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan, seperti: penurunan daya tahan tubuh, sakit kepala, dan gangguan pencernaan. Pada kasus tertentu bisa memperburuk kondisi anak apabila  memiliki riwayat masalah kesehatan sebelumnya, seperti gangguan jantung atau penyakit berat lainnya.


Dampak Bagi Pelaku. Tak hanya korban, bullying juga berisiko menimbulkan dampak negatif bagi pelakunya: 

Gangguan emosi.

Berisiko menjadi pecandu alkohol dan obat-obatan terlarang.

Sulit mendapatkan pekerjaan saat beranjak dewasa. 

Berisiko menjadi pelaku kekerasan dalam lingkungan sosial dan rumah tangga (KDRT).

 

Problem Solving Penanganan Bullying

"Bagaimana menangani anak korban bullying?"

Saat anak mengadukan kekerasan atau kasus bullying, maka keluarga atau sekolah harus mendukungnya dan menanyakan apa yang dia butuhkan? 

- Berikan pelukan atau empati pada anak, dan katakan bahwa dia tidak sendirian. 

- Tanyakan apa yang terjadi dan jangan menghakimi, yakinkan bahwa itu bukan salahnya. 

- Tunjukkan rasa simpati dan berikan dukungan penuh pada anak. 

- Ajarkan anak agar mampu membela dirinya sendiri. 

- Berikan kesempatan pada anak untuk bercerita mengenai perasaannya. 

- Mengingatkan anak bahwa balas dendam bukan solusi yang tepat. 

- Mengajak anak untuk melakukan hal-hal yang disukainya untuk mengurangi beban pikirannya. 

- Tindak lanjuti secara teratur dengan anak mengenai kemajuan tentang permasalahannya. Bila perlu carilah bantuan dari pihak eksternal seperti psikolog.

"Bagaimana cara menghadapi anak-anak yang menjadi pelaku bullying?"

  • Dengarkan cerita versi mereka, bersikaplah obyektif  dan jangan menghakimi.
  • Soroti perilaku yang tidak pantas dan tidak dapat diterima dan ingatkan mereka akan aturan dan pedoman anti-bullying yang dibuat di tingkat sekolah / kelas.
  • Bantu mereka dengan memahami alasan di balik perilaku bullying mereka (seperti apakah mereka punya masalah di rumah, kurangnya perhatian, pengalaman bullying sebelumnya, dll.)
  • Tunjukkan empati dan kasih sayang dengan membagikan perasaan anak yang di-bully.
  • Terapkan konsekuensi tertentu untuk membantu mereka belajar dari situasi ini. Konsekuensi yang diberikan harus berhubungan dengan kesalahan mereka, tetap menghormati anak sebagai pelaku, masuk akal dan logis, serta dapat diterima untuk mengajarkan anak agar berperilaku lebih baik.
  • Anak harus memperbaiki kesalahannya. Misalnya, dengan meminta maaf kepada anak yang di-bully, melakukan sesuatu yang baik padanya agar dia merasa lebih baik, membantunya menyelesaikan sesuatu yang sedang dia kerjakan, memperbaiki atau mengganti sesuatu yang mereka hancurkan atau curi, dll.
  • Menghargai dan mengenali segala perubahan perilaku yang positif, termasuk mengakui kesalahan.
  • Jelaskan bahwa untuk menerima hak di kelas/sekolah, mereka harus mematuhi peraturan. Hak tersebut misalnya untuk berpartisipasi dalam acara sekolah, bergabung dalam ekskul, perjalanan study tour, pelajaran olahraga, kegiatan pentas seni, atau apa pun yang dianggap sesuai dan menarik oleh anak agar mereka tetap berusaha berbuat baik.
  • Bicaralah kepada orang tua mereka dan saling menyetujui rencana agar berbuat baik.



No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah menggunakan blog ini sebagai referensi.