UA-83233104-1

Friday 25 August 2017

Royal Golden Eagle, Menyelamatkan Paru-paru Dunia Dari Riau

 

Tuhan menciptakan hutan sebagai penjaga keseimbangan iklim dan produsen oksigen. Kawasan pepohonan tersebut bisa diibaratkan sebagai paru-paru bagi dunia. Sadar tentang arti penting hutan, Royal Golden Eagle (RGE) berusaha menyelamatkan hutan.

Salah satu penyelamatan hutan
yang dilakukan adalah hutan di Riau. Mereka melaksanakan program  yang dinamai Restorasi Ekosistem Riau (RER). Secara khusus, upaya pemulihan kondisi alam itu dilakukan di kawasan Semenanjung Kampar.

RGE telah memulai proyek penyelamatan hutan tersebut pada 2013 lalu. Mereka melihat bahwa ada kerusakan parah di sana. Lahan gambut di Semenanjung Kampar sejatinya merupakan salah satu yang terluas di Asia Tenggara. Namun, kegiatan penebangan liar selama bertahun-tahun menyebabkan hutan di daerah Kampar terdegradasi. Penurunan permukaan air untuk kegiatan pertanian dan pembukaan lahan dengan metode pembakaran juga memperburuk keadaan.

Padahal, seperti lahan gambut lain, kawasan Semenanjung Kampar menyimpan stok karbon yang tinggi. Jika stok karbon tersebut terlepas ke udara, dampaknya akan membahayakan. Pemanasan global yang sudah terjadi kian memburuk sehingga iklim akan terganggu. Jika sudah seperti itu, kelestarian alam akan rusak.

Belum lagi fakta bahwa hutan di sana merupakan habitat sejumlah satwa langka. Di Semenanjung Kampar bisa ditemukan beruang madu, macan Sumatera, serta, flat-headed cat. Ketiganya terancam punah sehingga perlu diselamatkan, termasuk binatang dan tanaman lain yang perlu juga dikonservasi.

Hal itulah yang menggugah Royal Golden Eagle untuk melakukan RER yang dilaksanakan oleh anak perusahannya, APRIL Group. Mereka bekerjasama sama dengan Fauna & Flora International (FFI), Bidara, The Nature Conservancy (TNC), dan masyarakat setempat untuk memperbaiki kawasan Semenanjung Kampar.

Namun, proses restorasi bukanlah proyek singkat. Proyek ini merupakan kegiatan jangka panjang yang menerapkan pendekatan bentang alam dengan empat komponen utama, yakni melindungi, mengkaji, merestorasi, dan mengelola sekitar 150,000 hektare hutan gambut yang telah terdegradasi.

"Kubah gambut di Semenanjung Kampar itu kita restorasi dan konservasi. Apa artinya? Area tersebut adalah paru-paru dunia, Jadi manfaatnya bukan hanya untuk kita, tapi untuk dunia, karena hal ini sejalan dengan prinsip 4C kita (RGE, Red.), baik untuk masyarakat, baik untuk negara, baik untuk iklim dan baik untuk perusahaan," ujar Managing Director APRIL Indonesia Operation yang juga Presiden Direktur PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Tony Wenas, seperti dikutip Tribun Pekanbaru.

Butuh keseriusan dari RGE dalam melakukan program RER. Bayangkan saja, untuk mengembalikan fungsi 150 ribu hektare lahan gambut yang rusak perlu waktu puluhan tahun. Kementerian Kehutanan memberikan izin proses restorasi selama 60 tahun untuk anggota grup Royal Golden Eagle ini.

Biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Dalam sepuluh tahun, Royal Golden Eagle mengucurkan dana 100 juta dollar Amerika Serikat untuk melakukan restorasi dan membiayai operasional yang dilaksanakan oleh sekitar 22 ribu orang yang melakukan 492 jenis perbaikan.

TETAP SERIUS




Meski harus mengeluarkan biaya dan fokus tersendiri, Royal Golden Eagle serius menjalankan RER. Hal karena proyek ini sejalan dengan prinsip 4C yang dicanangkan oleh pendiri grup RGE, Sukanto Tanoto.

Ia mengharuskan semua unit bisnis di bawah naungan RGE mampu memberi manfaat. Bukan hanya bagi perusahaan sendiri, negara, atau masyarakat, -korporasi yang dulu bernama Raja Garuda Mas ini- setiap unit bisnis wajib memberi kontribusi positif bagi perlindungan iklim. Pelestarian alam merupakan salah satu wujud nyatanya.

"Prinsip 4C ini jadi pedoman bagi kita supaya lingkungan hidup menjadi lebih baik tanpa merugikan bisnis itu sendiri," kata Tony.

Selain demi pelestarian alam, ada motivasi komersial di balik RER yang dilakukan oleh APRIL Group.  Hal tersebut diakui oleh Direktur Konservasi APRIL, Dr. Petrus Gunarso.

“Bisnis kami adalah bagian dari lanskap yang ada dan kami dan menyesuaikan dengan kondisi bentang alam, daripada mengharapkan lanskap agar sesuai di sekitar bisnis kami. Ini juga berarti bahwa kami perlu untuk berkolaborasi dengan semua pihak dalam bentang alam dan mengakomodasi semua kepentingan,” katanya.

Bersamaaan dengan itu, Petrus juga menegaskan bahwa RER memberikan kontribusi pada masyarakat. Kegiatan ini mendiversifikasi pasar kerja lokal dan memberikan alternatif pada pertanian melalui ekosistem usaha kecil yang tumbuh di sekitar program. Sehingga komunitas lokal juga merasakan manfaatnya.

Akan tetapi, hal yang paling penting juga terasa, adalah ketika perlahan-lahan kondisi Semenanjung Kampar mulai membaik. Hal itu tergambar dari hasil kamera jebakan yang dipasang di sana. Sejumlah satwa yang terancam terekam. Hal tersebut menunjukkan bahwa habitat mereka mulai pulih.

Meski begitu, ini baru awal. Masih butuh kerja keras puluhan tahun yang harus dilakukan oleh Royal Golden Eagle dan bersama para mitranya. Sebab, kerusakan yang dialami sudah sangat parah.

Maka, ada sejumlah fase yang hendak dijalankan oleh Royal Golden Eagle untuk menyelamatkan Semenanjung Kampar dan langkah yang pertama adalah melindungi. Mereka bekerjasama dengan komunitas setempat, tim RER menjaga keamanan lingkungan dari perusakan.

Langkah berikutnya adalah mengkaji. Hal ini adalah bagian dari tim ahli di RER. Ekosistem dan lingkungan sosial di sana dianalisa sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan berikutnya. Setelah itu barulah fase restorasi dijalankan. Penanaman tanaman baru dilakukan bersama dengan peningkatan permukaan air untuk menjaga kelembapan lahan gambut.

Jika semua sudah terlaksana, fase tersulit akan datang. Hal itu adalah perlindungan. Hal ini yang biasanya berat karena mengelola lahan yang sudah dipulihkan lagi supaya kelestariannya terus terjaga.

MENDAPAT PENGHARGAAN



Royal Golden Eagle selalu berkomitmen untuk menjaga kelestarian alam demi perlindungan iklim. RER merupakan satu dari sekian banyak aksi yang dilakukan oleh anak perusahaan grup yang dulu bernama Raja Garuda Mas ini. Namun, RER mendapat perhatian besar dari publik.

Pada 21 Mei 2016, APRIL Group mendapat penghargaaan Indonesia Green Awards dari The La Tofi School of CSR. Anugerah itu diperoleh karena komitmen seriusnya dalam RER sekaligus penerapan Program Desa Bebas Api.

Perlu diketahui, APRIL juga melaksanakan upaya pencegahan kebakaran lahan dan hutan dengan menggelar program tersebut. Pada intinya, mereka memberi insentif kepada desa yang mampu menjaga wilayahnya dari bencana kebakaran.

Insentif yang diperoleh mencapai Rp100 juta per tahun untuk setiap desa. Nantinya dana tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak desa untuk kepentingan peningkatan fasilitas publik atau keperluan pemberdayaan masyarakatnya.

Bersamaan dengan penghargaan tersebut, salah satu anak perusahaan Royal Golden Eagle lain, PT RAPP, juga mendapat penghargaan dari The La Tofi School of CSR. Mereka dianugerahi awards karena komitmen memperjuangkan biodiversitas di lingkungan perusahaan serta pencegahan kebakaran.

Meski begitu, penghargaan ini bukanlah tujuan akhir RGE. Hal yang terpenting adalah pengembalian alam, khususnya kondisi Semenanjung Kampar menjadi seperti sedia kala. Untuk itu, APRIL Group menegaskan tetap akan menjaga komitmennya untuk menjalankan RER.

Pentingnya hal ini, Royal Golden Eagle tidak mau dianggap hanya sekadar memanfaatkan sumber daya alam. Namun, mereka ingin memberi lebih banyak kepada bumi. Caranya ialah menjaga paru-paru dunia yang ada di Indonesia. Salah satunya ada di Semenanjung Kampar di Riau yang selama ini telah diperbaiki dan dijaga.

Kunjungi situs resmi Sukanto tanoto di http://www.sukantotanoto.com/

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah menggunakan blog ini sebagai referensi.