Wednesday 18 July 2018
Jangan Relakan Gadget Mengambil Alih Hak Asuh Anak
Assalamualaikum, wr wb ....
Halo apa kabar semuanya? Lama banget saya nggak bikin postingan tentang tema parenting. Haha ... pingin sich ngposting setiap hari tentang tema ini. Tapii .... biasalah, saya juga tergolong IRT (Ibu Rumah Tangga) yang sok sibuk, hehe ...
Sama seperti Ibu yang lainnya, saya juga pingin menjadi yang terbaik buat keluarga, termasuk suami dan anak-anak. Selain itu saya juga ingin memiliki kesempatan untuk
sharing ilmu dengan lingkungan sosial saya.
Nah, bingung khan? Iya, kebanyakan dari ibu adalah begitu sulitnya membagi waktu, manakala ia memilih memiliki pekerjaan sampingan.
Sebagai seorang writer serta blogger, yang juga seorang ibu dari 3 orang anak tanpa asisten tentunya tidaklah mudah membagi waktu. Dulu saya juga seorang pekerja kantoran. Tapi demi anak-anak, maka saya rela resign. Maka saya memilih kerjaan yang bisa saya lakukan di rumah, sehingga memiliki waktu banyak bersama keluarga.
Sayangnya, tanpa saya sadari ini justru membuat saya harus rela sedikit mengesampingkan anak-anak. Karena Saya butuh waktu tertentu untuk menuangkan ide tanpa diganggu anak-anak. Biasanya saya tuntaskan dulu pekerjaan dapur, menemani anak-anak bermain, lalu memastikan semua kebutuhan anak sudah terpenuhi, termasuk menyuapi dan membuatkan susu si bungsu. Setelah itu saya beralih ke tugas lainnya.
Tapi namanya anak-anak, bukanlah hal mudah membuatnya diam tanpa mengganggu kita. Tak mudah membuatnya tenang, tidak rewel dan senang. Si bungsu masih saja menggelayut di pangkuan saya ketika saya mulai pegang laptop. Anak tengah pingin ditemani bermain, sementara si sulung masih suka bertanya ini itu atau berdiskusi yang tidak ia tahu.
Sebagai seorang ibu saya ingin memberikan yang terbaik. Memberi semua yang ia minta kala saya mampu. Dan menolaknya tanpa mengecewakan saat saya tak sanggup memenuhinya.
Deal, karena saya juga dikejar target maka saya memilih opsi kedua, yaitu menolak tanpa membuatnya kecewa.
Sudah bisa ditebak khan apa kira-kira yang akan saya berikan? Gadget. Termasuk TV, handphone, computer, serta peralatan elektronik lainnya.
Saat saya sibuk, alat-alat elektronik inilah yang saya sodorkan. Anak-anak saya biarkan mendegar musik, menonton TV lagu anak-anak, atau kadang film kartun anak Islami kesukaannya.
Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat dengan kebiasaan yang saya kondisikan sedemikian rupa. Si bungsu yang semula berusia 10 bulan sudah menjadi Balita yang siap sekolah.
Bungsu tergolong anak ceria, suka bercerita meski kosakata masih sedikit terbata-bata. Ia juga aktif melakukan kegiatan fisik: melompat, menendang bola, memanjat, dll. Alhamdulillah, meski agak pendiam ia tergolong anak yang mandiri. Terbukti, meski usianya masih belum cukup namun ia berani untuk sekolah tanpa minta ditemani. Umur 3 tahun kurang, ia mulai sekolah Play Group.
Di sinilah awal dari kekecewaan saya muncul. Sebagai seorang ibu, saya merasa ada yang kurang dari dirinya.
Mengapa? Ternyata anak saya ini sangat pemalu. Saking pemalunya ia hanya tersenyum dan tidak pernah menjawab pertanyaan ustadzahnya. Ia lebih suka duduk sendiri tanpa bisa berbaur dengan teman. Padahal dari segi kemandirian tergolong bagus. Terbukti ia sudah bisa saya lepas untuk sekolah tanpa mencari saya.
Kejadian ini menjadi shock therapy buat saya.
Tahukah Bund, apa yang membuatnya menjadi pemalu dan kurang percaya diri? Perlakuan salah yang tanpa saya sadari sering saya lakukan.
Rupanya alat yang dimaksudkan sebagai hiburan ternyata justru menjatuhkan perkembangan karakternya. Ia banyak kehilangan waktu bersama saya. Ia kehilangan waktu dengan lingkungan sosialnya. Itu tidak lain adalah gadget dan TV.
Mungkin dari kita sudah lama tahu, bahwa TV dan sejenisnya adalah alat berbahaya yang dapat merubah karakter anak menjadi buruk. Selain itu juga akan menjadi pribadi yang lemah, karena kurangnya stimulasi posiif dari lingkungannya. Kadang situasi dan kondisi serasa memaksa kita (orang tua) terpaksa harus melakukannya.
Melalui tulisan ini, saya mengingatkan para orang tua dan juga sebagai pengingat saya sendiri, bahwa gadget adalah peringatan keras agar dijauhkan dari anak-anak yang belum sesuai dengan usianya. Jangan rela gadget mengambil alih hak asuh anak kita!
Arahkan anak kita menjadi pribadi dengan karakter yang bagus. Menjadi pribadi yang kuat: kuat fisik, kuat akhlak, kuat intelektual, dan kuat spiritual.
Sampai di sini dulu ya Bund, sharing saya kali ini. Lain kesempatan Insyaallah saya akan sharing tentang, "Cara meningkatkan percaya diri dan kemandirian anak"
Wassalam, wr wb ...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
betul ya , apalagi banyak aku lihat kalau anak rewel malah dikasih gadget tp memang diam sih
ReplyDeleteiya mbak, tantangan terberat buat orang tua. Gimana caranya mengalihkan gadgetm hehe ...
Delete