UA-83233104-1

Sunday 8 March 2020

Kabar Kampung Doly Kini, Menjadi Inspirasi Wisata Kampung Kreatif


Menyusuri Kampung Doly, mengingatkan saya pada sejarah masa lalu yang kelam yang menjadi salah satu wilayah di kota Surabaya. Adalah sebuah kampung yang seringkali mengundang banyak cibiran kala orang lain tau kita telah berkunjung dari sana. Bagaimana tidak, karena di situlah tempat orang sering mabuk-mabukan, berjudi dan juga sebagai tempat lokalisasi.

Tak hanya itu. Kehidupan kelam juga menjadi bagian dari masyarakat sana terutama anak-anak yang terlahir di sana. Meski mereka berasal dari keluarga baik-baik, namun dengan adanya lokalisasi tersebut banyak diantara mereka yang merasa malu dan minder kala menyebutkan dimana alamat mereka tinggal.

“Aku … adalah salah satu dari sekian banyak anak-anak yang terlahir dan dibesarkan di kawasan lokalisasi. Mau tau kondisi psikisku? Aku menjadi seorang yang pemalu dan seringkali minder dalam pergaulan. Terutama jika berada di lingkungan luar sana, aku sering menyembunyikan alamat rumahku. Karena aku malu jika mereka tau aku tinggal di kawasan seperti itu. Bergaul dengan lawan jenispun aku sering merasa khawatir. Apakah nantinya orang tuanya setuju jika tau aku dan orangtuaku berasal dari lingkungan tersebut? Pindah rumahpun tak mungkin, karena orang tuaku hanya mampu membeli rumah di daerah situ. Maka … ketika Bu Risma, Walikota Surabaya menutup lokalisasi dilingkungan rumahku, aku sangat bersyukur. Seperti sebuah cahaya yang bersinar dalam temaran malam. Aku bahagia kini linkunganku bersih dari berbagai aktivitas yang tak sehat”

Begitulah kira-kira curhatan dari anak-anak yang terlahir dan tinggal di lingkungan lokalisasi.

Dalam kesehariannya mereka selalu bertemu dengan pemandangan tak lazim yang tak seharusnya mereka tonton di masa pertumbuhan psikisnya. Aroma rokok yang berbaur dengan bau minuman alcohol, serta suara dentuman musik yang memekakkan telingga terdengar dimana-mana.

Kampung Doly, yang dulunya terkenal diseantero Negara bahkan disebut sebagai kawasan prostitusi terbesar seAsia kini telah berubah drastis. Jika dulu ada banyak rumah-rumah yang difungsikan sebagai wisma hiburan, kini sudah dihuni oleh rumah tangga biasa. Alhamdulillah …. Berkat ide wali kota Surabaya Tri Risma Harini yang menginginkan Surabaya menjadi lebih baik, Doly bisa terbebas dari “kegelapan”. Tak ada lagi kita jumpai wanita-wanita yang duduk berjajar dengan dandanan menor, tak ada lagi suara dentuman musik keras yang menambah kegaduhan lalu lintas yang memang langganan macet. Doly kini benar-benar berubah. Bak semboyan RA. Kartini, “Habis Gelap Terbitlah terang” kehidupan masyarakat kampong Doly benar-benar terbebas dari aktivitas yang berbau kemaksiatan.



Hal menarik di Susur Kampung Doly


Seni Batik Unik di Kampung Doly

Ada yang membuat saya kagum saat melihat UMKM Batik di Doly, yaitu tentang Batik Teyeng. Batik ini menjadi unik karena memiliki proses pembuatan yang sedikit berbeda dengan seni Batik lainnya. Batik Teyeng memiliki corak yang mirip dengan bercak air, atau pola menyebar yang relative tidak beraturan. Warnanya sekilas nampak seperti corak Prada pada hiasan Batik tulis pada umumnya. Yaitu kuning keemasan. Pada Batik Teyeng, proses pembuatannya tidak menggunakan canting yang dioles sesuai gambar yang diinginkan.

Proses pembuatan pada Batik Teyeng sebetulnya ada kesamaan dengan Batik Ecoprint. Bedanya kalau Batik Ecoprint menggunakan bahan-bahan alam, sementara Batik  teyeng menggunakan logam yang diremdam dengan larutan asam.

Dari segi kualitas, Batik Teyeng memiliki kekuatan warna yang tidak mudah luntur bila dicuci. Jadi warna pada Batik Teyeng bisa dibilang lebih awet dibandingkan Batik lainnya.

Meski demikian, Batik Teyeng juga bisa dimodifikasi dengan Ecoprint, jumput atau batik tulis. Perpaduan dari kedua proses yang berbeda tersebut bisa menghasilkan motif Batik yang indah dan menarik.

Untuk harga permeternya mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung dari tingkat kesulitan proses pembuatannya.


Nah, ketika kunjungan ke sana kemarin saya juga mencoba belajar Batik Tulis. Meski sebetulnya saya sudah mempunyai peralatannya di rumah, namun baru ini pertama kali saya mencobanya langsung membatik dengan cantik di atas kain.

Hasilnya …..? hehe … jangan ditanya, khan masih belajar?


Kesimpulannya dalam proses membatik adalah:
  1. Cara pegang canting harus agak diangkat, sebelum diaplikasikan pada kain, agar tidak banyak yang menetes.
  2. Siapkan kain agak tebal untuk mengoles yang menetes dari canting sebelum diaplikasikan pada kain.
  3. Seperti halnya menulis, membatik itu harus tenang, hatinya nggak boleh galau. Soalnya kalau galau hasilnya bisa belepotan.

Bothok Telur Asin Rasanya Nendang

Jika ke Doly, jangan lupa untuk mencicipi Bothok Telur Asin. Beberapa kali saya menikmati Bothok Telur Asin, tapi Bothok Telur Asin Doly ini berbeda dengan Bothok lainnya. Rasanya pas, yang dihasilkan dari perpaduan bumbu dengan kelapa dan telur asin yang dihasilkan dari proses pengasinan yang sempurna sungguh memnjakan lidah saya. Konon menurut Pak RT yang juga sebagai pengelola Bothok Telur Asin ini, Bothok Telur Asin Doly menjadi langganan Bu Megawati, wow … keren. Jadi biasanya pemesanan akan diberangkatkan dengan Pesawat dengan penerbangan awal.



Pondok Pesantren

Siapa yang menyangka ternyata ada Pondok Pesantren yang dibangun ditengah-tengah lokalisasi. Pondok ini sudah berdiri sejak sebelum kawasan Doly di tutup. Pendirinya adalah alumni Gontor yang memang punya misi dan visi ingin mewadahi para generasi muda untuk lebih paham tentang ilmu-ilmu agama, serta membangun mental dengan akhlak dan aqidah yang akhlaqul karimah.

Tak hanya belajar tentang akhlaq dan aqidah saja, Pondok ini juga membuka santri yang mau belajar tahfidz yang juga dilengkapi dengan latihan entrepreneurship. Ada produk minuman sari kedelai yang dikemas dalam botol. Rasanya enak, tidak langu. Apalagi juga tersedia dalam berbagai rasa, yaitu: original, strawberry, dan coklat. Minuman sari kedelai ini adalah produksi dari pondok, dimana yang mengelola dan mengerjakan adalah para santri pondok yang didampingi ustadz.



Asyiknya Belajar Angklung 

Angklung merupakan alat musik tradisional yang relatif mudah untuk dipelajari. Alat musik ini tergolong unik dibandingkan lainnya. Karena alat musik ini hanya bisa dilakukan secara kelompok. Penggunaannya masing-masing orang akan membawa satu angklung dengan nada yang berbeda-beda. Total pemainnya ada 8 orang, dan masing- masing membawa nada dari do hingga si, dan seorang lagi sebagai pemandu/ dirijen.

Memainkan alat musik angklung akan menumbuhkan Rasa Toleransi dan Gotong. Dimana masing-masing pemainnya akan melengkapi atau sebagai penyambung nada berikutnya. Melalui kebersamaan dan semangat gotong royong ini, maka akan menghasilkan irama yang mengalun indah untuk didengar.
” Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa

Reff :
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata”
Itulah lirik dari Lagu Indonesia Pusaka yang ketika itu dinyanyikan saat berkunjung ke Pondok dengan diiringi musik angklung. Santri pondok sangat antusias memainkan angklung yeng ternyata juga mudah dipelajari.


Doly Point Saiki

Para UKM di sini terbentuk bukan karena usaha individu yang ingin menjadikannya besar dan berkembang. Namun berdasarkan kekompakan dalam suatu kelompok yang menciptakan semangat kebersamaan dan gotong royong.

Oleh karenanya, Doly membangun centra marketing yang diberi nama “Doly Saiki Point”. Di tempat ini tersedia etalase-etalase juga manekin yang dipakai untuk memajang berbagai produk unggulan dari masyarakat Doly.

Produknya tidak hanya batik saja, akan tetapi ada pula aneka makanan dan minuman, serta kerajinan tangan yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh saat berkunjung ke sana.



Inilah perjalanan saya, Sabtu, 29 Februari 2020 dari Hotel Ibis, tempat kami menginap bersama dengan BPIP dan rombongan Blogger, juga para Pendidik dari berbagai daerah di Jawa Timur. Kami berangkat menuju Kampung Doly dalam rangka, “Susur Kampung Pendidik Pancasila. Ruang Pertemuan Antara Pendidik Pancasila, Penggiat Kampung, Komunitas, dan Jejaring”.

Bersama teman blogger

Sesi talkshow di hotel Ibis

Bersama BPIP, Blogger, dan Pendidik
Tujuan untuk mengetahui secara jelas realita yang ada di lapangan, bagaimana nilai-nilai Pancasila yang mencakup kebersamaan dan jiwa gotong royong diterapkan di masyarakat, begitu ungkapan ibu Irene selaku Presdir BPIP dalam sebuah Talkshow di Ibis Sabtu lalu.






Semoga Bermanfaat!

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah menggunakan blog ini sebagai referensi.